Surat Terbuka untuk Ames
Hari kedua berlalu dan masih berharap ketika pintu terbuka ada dirimu disana, semua masih sama, tak ada yang berubah, semua masih di tempatnya masing-masing. Dan akan kubiarkan begitu saja, karena masih berharap dirimu akan pulang dan kembali menyambut setiap aku pulang nanti.Sekarang semua tempat adalah kamu, semua benda adalah kamu,
Sadar, bahwa sekarang semuanya lebih rapi sekarang. Tak ada kekacauan, tak ada berantakan, tak ada noda dimana-mana. Semua tampak rapi seperti acara bedah kamar di televisi.
Bukan ini yang kumau, seriusan, mungkin kemarin memang berharap semua akan rapi seperti sekarang, jadi tak harus ada teriakan dan larangan ini itu. Tapi berbeda sekarang. Aku berharap ada tisu dimana-mana, aku berharap ada barangmu yang tidak kau simpan dengan benar.
Kamu adalah penggemar nomor satuku, kamu satu-satunya yang tidak protes dengan apa yang kulakukan. Tidak mencela ketika aku tampil dengan tarian buruk, nyanyian sumbang tak beraturan, masakan tanpa rasa. Kamu masih setia berada di dekatku.
Tarian kemarin adalah tarian terakhir dimana nafasmu masih hangat dipelukan.
Sejak kemarin semua lagu adalah tangis. Ketika semua orang berjingkrak.
Kuhitung jari,
Rasanya belum genap semua,
Kuharap dengan siapapun dirimu sekarang. Semoga berkah Tian selalu menyertai. Berbahagia selalu. Meski belum rela. Meski belum siap.
Dear Ames, kangen SANGAT.