maaf ane udh coba nyari artikel-artikel terkait, ternyata memang kesalahan gak 100% terletak pada pihak karantina.
dalam peraturan yg tertuang pada UU memang di Bali perdagangan hewan atar pulau diatur ketat, terutama hewan yg berpotensi menyebarkan rabies karna Bali pernah menjadi daerah wabah rabies. trutama monyet, kucing dan anjing.
nah alasan kmaren itu knapa sampai dimusnahkan karna tidak ada pihak yg mau bertanggungjawab terhadap anjing-anjing tersebut. perlu diketahui sebelumnya bahwa masuknya anjing-anjing tersebut ke Bali adalah ilegal. menurut peratuan yg ane baca jika hewan ilegal tertangkap maka 1 x 24 jam harus ada yg bertanggungjawab. jika ada yg bertanggungjawab maka hewan tersebut bisa dikembalikan ke daerah asalnya dan penanggungjawab bisa diperkarakan ke ranah hukum.
nah yg kasus di Bali kemarin ternyata gak ada yg mau tanggung jawab, baik pembeli atau pun penjual gak ada yg mo ngaku. padahal beberapa kucing dan burung yg disita ada yg mau bertanggungjawab dan dikembalikan ke daerah asalnya. maka sesuai peraturan hewan yg tertangkap dikirim secara ilegal akan dimusnahkan karna tidak ada yg mau bertanggungjawab.
ane dan kawan-kawan disini pasti mengecam keras tindakan pemusnahan ini, cuma tolong berfikir jernih dan dalami kasusnya lebih dalam. pihak karantina hanya menjalankan prosedur yg ada di dalam UU. namun memang disayangkan knapa waktu nya terlalu singkat? padahal kalo diberi kelonggaran waktu ane yakin banyak pihak yg bisa segera turun tangan langsung.
lalu, di Bali apakah tidak ada organisasi yg bergerak pada kesejahtraan satwa?? PERKIN Bali kemana?? setidaknya mereka bisa mengulur waktu atau menampung sementara anjing-anjing tersebut.
ane disini lebih mengecam kepada pembeli dan penjual yg melakukan jual-beli secara ilegal. jangan mau enaknya aja, udah hewannya kena tangkep oknum nya pada kabur. justru yg begini yg harus dikejar sama aparat, kalo biang masalahnya gak ditangkep bukan mustahil kejadian begini bakal terulang kembali.